(ini buat tabungan artikel bagus juga)
Pernikahan adalah momen yang dinantikan setiap insan. Rasa bahagia ketika kita dipertemukan dengan pasangan yang meneduhkan hati dan jiwa. Setelah itu maka amanahpun bertambah dalam diri kita. Diantaranya adalah bagaimana kita bisa mencipta bahagia pada pasangan kita.
Pernah saya bertemu dengan pasangan yang sedang galau hatinya, karena bahagia itu tak dijumpai juga, walau pernikahan sudah memasuki tahun ke sebelas. Hmm waktu yang terlalu lamauntuk menemukan rasa bahagia. Namun jika dimediasi, ternyata masing-masing sudah berusaha saling membahagiakan. Lalu di mana masalahnya ya? Mengapa bahagia itu tidak tercapai?
Ternyata masing-masing pasangan berusaha membahagiakan dengan caranya sendiri. Menggunakan cara pandang sendiri, dengan minim komunikasi.
Ya, salah satu langkah yang harus tuntas untuk membahagiakan adalah komunikasi. Lalu selanjutnya adalah sikap empati, kemampuan memposisikan diri dalam posisi pasangan. Memandang sudut permasalahan dari sudut pandang pasangan, bukan semata sudut pandang diri. Di sinilah perlu kedewasaan.
Membahagiakan pasangan tidak sesederhana film-film yang sering menunjukkan bahwa membahagiakan itu cukup dengan memberikan seikat bunga dan makan malam yang romantis. Nyatanya kehidupan rumah tangga lebih rumit dari itu.
Ada beberapa hal yang sering dianggap sepele tetapi ternyata berpengaruh signifikan bagi kebahagiaan pasangan.
Seorang istri resah dan tidak merasa bahagia, padahal secara kasat mata rumahnya megah, anaknya tampan sehat. Sekilas cerita ternyata ia tidak diberi kewenangan untuk mengelola keuangan rumah tangga. Penghasilan suami yang sepertinya lebih dari cukup, tak pernah ia ketahui berapa jumlahnya. Ia diberi uang berkala sebulan sekali dengan jumlah yang menurut sang istri tidak mencukupi.
Titik pengelolaan finansial kerap menjadi pemicu konflik rumah tangga. Kadang saya tak habis fikir, kenapa begitu sulit masalah finansial ini dibicarakan antar pasangan. Permasalahan seringkali bukan pada kurangnya pendapatan, tetapi tidak adanya pembicaraan terbuka mengenai keuangan.
Cerita lain adalah mengenai kehangatan. Di era dunia digital saat ini, beberapa kali saya bertemu istri yang risau bagaimana sulitnya suami lepas dari gadgetnya. Suami begitu tekun BBM an atau twitteran. Hilang kehangatan karena gadget itu sungguh menyedihkan. Selepas tekun dengan gadget lantas lelah dan beristirahat, bangun tekun lagi dengan gadget. Sungguh…sungguh menyedihkan. Perlu ada pengelolaan waktu suami istri sehingga diperoleh interaksi yang hangat dan berkualitas. Ke mana masa hangat di masa pra nikah, saat calon suami jatuh hati dan meminang sang calon istri. Kenapa bisa hilang begitu saja dengan interaksi sosial di dunia maya.
Mungkin yang lebih banyak tergali adalahh titik-titik tidak bahagianya sang istri ya. Mengapa? Karena istri lebih terbuka terhadap permasalahan yang dialami. Berbeda dengan suami yang sering tampil tangguh dalam menghadapi permasalahan. Namun ada satu hal yang mungkin kerap menjadi pengingat dalam rumah tangga saya, bahwa rasa bahagia suami ada saat istri mentaatinya. Patuh terhadap permintaannya. Sering kondisi ini dijalani begitu saja tanpa perlu bergelut dengan logika. Yakin saja, selama bukan sesuatu yang melanggar syariat, taat pada suami akan menciptakan keberkahann dalam hidup.
Tantangan bagi istri yang semakin well educated. Taat menjadi cukup sulit, karena logika istri semakin kuat. Di sinilah perjuangannya.
Akhirnya salah satu kunci bahagia dalam rumah tangga adalah ketika istri taat dan suami memuliakan. Inilah seindah-indahnya momen pernikahan. Inilah seindah-indahnya cinta.
Pastinya masih banyak cerita tentang bagaimana membahagiakan pasangan dengan cara yang sederhana. Yuk saling berbagi cara sehingga semakin banyak tercipta keluarga yang bahagia.
Ditulis oleh Lita Edia, owner www.planetanak.com
Fb: Sahabat Tumbuh Kembang Anak
www.facebook.com/planetanak
Pernikahan adalah momen yang dinantikan setiap insan. Rasa bahagia ketika kita dipertemukan dengan pasangan yang meneduhkan hati dan jiwa. Setelah itu maka amanahpun bertambah dalam diri kita. Diantaranya adalah bagaimana kita bisa mencipta bahagia pada pasangan kita.
Pernah saya bertemu dengan pasangan yang sedang galau hatinya, karena bahagia itu tak dijumpai juga, walau pernikahan sudah memasuki tahun ke sebelas. Hmm waktu yang terlalu lamauntuk menemukan rasa bahagia. Namun jika dimediasi, ternyata masing-masing sudah berusaha saling membahagiakan. Lalu di mana masalahnya ya? Mengapa bahagia itu tidak tercapai?
Ternyata masing-masing pasangan berusaha membahagiakan dengan caranya sendiri. Menggunakan cara pandang sendiri, dengan minim komunikasi.
Ya, salah satu langkah yang harus tuntas untuk membahagiakan adalah komunikasi. Lalu selanjutnya adalah sikap empati, kemampuan memposisikan diri dalam posisi pasangan. Memandang sudut permasalahan dari sudut pandang pasangan, bukan semata sudut pandang diri. Di sinilah perlu kedewasaan.
Membahagiakan pasangan tidak sesederhana film-film yang sering menunjukkan bahwa membahagiakan itu cukup dengan memberikan seikat bunga dan makan malam yang romantis. Nyatanya kehidupan rumah tangga lebih rumit dari itu.
Ada beberapa hal yang sering dianggap sepele tetapi ternyata berpengaruh signifikan bagi kebahagiaan pasangan.
Seorang istri resah dan tidak merasa bahagia, padahal secara kasat mata rumahnya megah, anaknya tampan sehat. Sekilas cerita ternyata ia tidak diberi kewenangan untuk mengelola keuangan rumah tangga. Penghasilan suami yang sepertinya lebih dari cukup, tak pernah ia ketahui berapa jumlahnya. Ia diberi uang berkala sebulan sekali dengan jumlah yang menurut sang istri tidak mencukupi.
Titik pengelolaan finansial kerap menjadi pemicu konflik rumah tangga. Kadang saya tak habis fikir, kenapa begitu sulit masalah finansial ini dibicarakan antar pasangan. Permasalahan seringkali bukan pada kurangnya pendapatan, tetapi tidak adanya pembicaraan terbuka mengenai keuangan.
Cerita lain adalah mengenai kehangatan. Di era dunia digital saat ini, beberapa kali saya bertemu istri yang risau bagaimana sulitnya suami lepas dari gadgetnya. Suami begitu tekun BBM an atau twitteran. Hilang kehangatan karena gadget itu sungguh menyedihkan. Selepas tekun dengan gadget lantas lelah dan beristirahat, bangun tekun lagi dengan gadget. Sungguh…sungguh menyedihkan. Perlu ada pengelolaan waktu suami istri sehingga diperoleh interaksi yang hangat dan berkualitas. Ke mana masa hangat di masa pra nikah, saat calon suami jatuh hati dan meminang sang calon istri. Kenapa bisa hilang begitu saja dengan interaksi sosial di dunia maya.
Mungkin yang lebih banyak tergali adalahh titik-titik tidak bahagianya sang istri ya. Mengapa? Karena istri lebih terbuka terhadap permasalahan yang dialami. Berbeda dengan suami yang sering tampil tangguh dalam menghadapi permasalahan. Namun ada satu hal yang mungkin kerap menjadi pengingat dalam rumah tangga saya, bahwa rasa bahagia suami ada saat istri mentaatinya. Patuh terhadap permintaannya. Sering kondisi ini dijalani begitu saja tanpa perlu bergelut dengan logika. Yakin saja, selama bukan sesuatu yang melanggar syariat, taat pada suami akan menciptakan keberkahann dalam hidup.
Tantangan bagi istri yang semakin well educated. Taat menjadi cukup sulit, karena logika istri semakin kuat. Di sinilah perjuangannya.
Akhirnya salah satu kunci bahagia dalam rumah tangga adalah ketika istri taat dan suami memuliakan. Inilah seindah-indahnya momen pernikahan. Inilah seindah-indahnya cinta.
Pastinya masih banyak cerita tentang bagaimana membahagiakan pasangan dengan cara yang sederhana. Yuk saling berbagi cara sehingga semakin banyak tercipta keluarga yang bahagia.
Ditulis oleh Lita Edia, owner www.planetanak.com
Fb: Sahabat Tumbuh Kembang Anak
www.facebook.com/
Assalamu'alaikum...
BalasHapusbelum punya pasangan..ckckk...bahagiakan emak dulu aja ye..