Pernah naik angkutan umum?
entah bis kota, busway, commuter line bahkan getek sekalipun
sekali - kali cobalah ajak sesama pengguna kendaraan itu berbincang
memang dasarnya insan - insan negeri ini kental dengan budaya ramah tamah
mayoritas akan dengan tanggapnya menjawab apa yang kita tanyakan
gak percaya?
ah, saya sering sekali mencobanya
awalnya bertanya tentang tinggal dimana, atau beli sepatu dimana
lama - lama akan kau dengar keluhan tentang bangsa kita
dan uniknya
semua orang BISA BERPENDAPAT!
ya.. semua pembahasan akan berujung tentang carut marutnya negeri kita
miris memang
dan biasanya karena wajah saya yang imut - imut
mereka bisa mengenali bahwa saya masih mahasiswa
"Buat apa mahasiswa aksi kejalan, nambah macet aja"
"ah, saya mah gak percaya lagi sama mahasiswa, mereka aja sering bolos dan nyontek"
"mahasiswa sama saja dengan buruh, melakukan sesuatu demi uang"
apatisme yang tinggi dan ekpektasi tajam dari masyarakat jadi muhasabah sendiri bagi saya
hmmm..
apakah seperti itu realitas mahasiswa di grass root?
ataukah realitas di atas kertas skenario rumah produksi yang menjadi wabah?
gak mau menyalahkan, tinggal sadar diri aja
jangan - jangan memang saya seperti itu
namun mirisnya lagi, kebanyakan yang berkomentar tak seideal yang mereka katakan
setelah berkomentar, ada saja geliat 'pengrusakan' budaya tanpa sadar
buang puntung rokok sembarangan
sumpah serapah saat kendaraan rem mendadak
ghibahin orang - orang sekitarnya
berkomentar merupakan hak pribadi yang diatur dalam undang undang dasar
namun yang belum disadari adalah
terlalu banyak komentator di negeri ini
semua orang berlomba - lomba menjadi komentator
lebih mirisnya lagi, apriori tidak terelakkan
teringat dalam perjalanan pulang dari wiladatika
sempat berbincang dengan pengemudi taksi yang saya tumpangi
beliau dengan semangatnya mengecam kenakalan mahasiswa
wajar sih, beliau juga punya anak yang seusia kita
namun jadi kontra produktif ketika itu hanya menjadi pepesan kosong
masalah - masalah tanpa solusi nyata
dan sekarang marilah lihat diri kita masing - masing
apakah sudah pantas jadi kontributor negeri ini?
hei bung, Indonesia butuh kontributor aksi nyata
disini sudah over capacity untuk seorang komentator
jika anda muda, pastikan ada kontribusi nyata
karna berjuang BUKAN SEKEDAR KATA!
#Depok, 3 November 2011
mulai rutinitas pagi dengan kontemplasi jiwa
gambar diambil dari sini
http://monmondevotremonde.blogspot.com/2011/01/angkot-tale-part-1.html
entah bis kota, busway, commuter line bahkan getek sekalipun
sekali - kali cobalah ajak sesama pengguna kendaraan itu berbincang
memang dasarnya insan - insan negeri ini kental dengan budaya ramah tamah
mayoritas akan dengan tanggapnya menjawab apa yang kita tanyakan
gak percaya?
ah, saya sering sekali mencobanya
awalnya bertanya tentang tinggal dimana, atau beli sepatu dimana
lama - lama akan kau dengar keluhan tentang bangsa kita
dan uniknya
semua orang BISA BERPENDAPAT!
ya.. semua pembahasan akan berujung tentang carut marutnya negeri kita
miris memang
dan biasanya karena wajah saya yang imut - imut
mereka bisa mengenali bahwa saya masih mahasiswa
"Buat apa mahasiswa aksi kejalan, nambah macet aja"
"ah, saya mah gak percaya lagi sama mahasiswa, mereka aja sering bolos dan nyontek"
"mahasiswa sama saja dengan buruh, melakukan sesuatu demi uang"
apatisme yang tinggi dan ekpektasi tajam dari masyarakat jadi muhasabah sendiri bagi saya
hmmm..
apakah seperti itu realitas mahasiswa di grass root?
ataukah realitas di atas kertas skenario rumah produksi yang menjadi wabah?
gak mau menyalahkan, tinggal sadar diri aja
jangan - jangan memang saya seperti itu
namun mirisnya lagi, kebanyakan yang berkomentar tak seideal yang mereka katakan
setelah berkomentar, ada saja geliat 'pengrusakan' budaya tanpa sadar
buang puntung rokok sembarangan
sumpah serapah saat kendaraan rem mendadak
ghibahin orang - orang sekitarnya
berkomentar merupakan hak pribadi yang diatur dalam undang undang dasar
namun yang belum disadari adalah
terlalu banyak komentator di negeri ini
semua orang berlomba - lomba menjadi komentator
lebih mirisnya lagi, apriori tidak terelakkan
teringat dalam perjalanan pulang dari wiladatika
sempat berbincang dengan pengemudi taksi yang saya tumpangi
beliau dengan semangatnya mengecam kenakalan mahasiswa
wajar sih, beliau juga punya anak yang seusia kita
namun jadi kontra produktif ketika itu hanya menjadi pepesan kosong
masalah - masalah tanpa solusi nyata
dan sekarang marilah lihat diri kita masing - masing
apakah sudah pantas jadi kontributor negeri ini?
hei bung, Indonesia butuh kontributor aksi nyata
disini sudah over capacity untuk seorang komentator
jika anda muda, pastikan ada kontribusi nyata
karna berjuang BUKAN SEKEDAR KATA!
#Depok, 3 November 2011
mulai rutinitas pagi dengan kontemplasi jiwa
gambar diambil dari sini
http://monmondevotremonde.blogspot.com/2011/01/angkot-tale-part-1.html
*blog walking*
BalasHapushalo dini! aku dhay (dian kusumawardhani) -fim11-
nice post. bener bgt.. kalau dipancing sedikit, org2 di angkot atau supir taksi yg kita tumpangi pasti lgsg menumpahkan segala ketidakidealan negeri ini.
yg kita butuhkan memang aksi nyata, meski kadang sulit, tapi pasti bisa ya.
hei day
BalasHapuswah senangnya ada yg silahturahim dan ninggalin jejak
aku amal :)
yang perlu kita lakukan adalah bergerak langsung ke masyarakat sesuai kemampuan kita
aku untuk bangsaku :)
Salam Pemuda Indonesia..!!
BalasHapusBlogwalking..., ! :D
Salam semangat Maga - Maga
BalasHapusgantian blogwalking juga
kita butuh lebih banyak aksi daripada sekedar kata-kata :)
BalasHapuskarena dunia bukan hanya kata
BalasHapusaksi sesuai kapasitas diri masing2
haha sensitifitas terlihat disini, gue juga suka merhatiin (baca:nguping) kalo lagi di muka umum, soalnya topik pembicaraannya unik dan beragam, ya selain gue suka denger gosip :P
BalasHapus